Berikut ini kultweet Ust @salimafillah tentang “SubhanaLlah” & “MasyaaLlah”. Saya menambahkan terjemahan Al-Qur’an dari ayat yang disampaikan dalam tweetnya. Semoga Beermanfaat.
Ada 2 yang mengikatnya; tuntunan Quran-Sunnah & kebiasaan dalam Bahasa Arab.
Al Quran menuturkan; SubhanaLlah digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tak pantas. “Maha Suci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan, dll.” Ayat-ayat berkomposisi ini sangatlah banyak. Juga, SubhanaLlah digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik (QS 34: 40-41), dihinakannya Allah tersebab kita (QS 12: 108) dll.
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”.Malaikat-malaikatitu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”.” (QS 34 Saba’: 40-41)
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.” (QS 12 Yusuf: 108)
Bukankah ada juga pe-Maha Suci-an Allah dalam hal menakjubkan? Uniknya, Al Quran menuturnya dengan kata ganti kedua (QS 3: 191), atau kata ganti ketiga yang tak langsung menyebut asma Allah (QS 17: 1 dll). Sedangkan ia juga terpakai pada; me-Maha Suci-kan Allah dalam menyaksikan bencana & mengakui kezhaliman diri (QS 68: 29), menolak fitnah keji yang menimpa saudara (QS 24: 16). Bagaimana Hadits-nya?
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS 3 Ali Imran:109)
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS 17 Al Israa’: 1)
“Mereka mengucapkan: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzalim”.” (QS 68 Al Qalam: 29)
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.”” (QS 24 An Nuur:16)
“Kami apabila berjalan naik membaca takbir, & apabila berjalan turun membaca tasbih.” (HR Al Bukhari, dari Jabir).
Jadi “SubhanaLlah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam Bahasa Arab
secara umum; yakni menggunakannya tuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas
Allah SWT dilekatkan padanya. Adalah Gurunda @kupinang (Moh. Fauzil Adhim) yang pernah memiliki pengalaman memuji seorang Gurunda lain nan asli Arab dengan “SubhanaLlah”, kemudian mendapat jawaban tak dinyana.
“AstaghfiruLlahal ‘Adhim; ‘afwn Ustadz; kalau ada yang bathil dalam diri & ucapan ana; tolong segera Ant luruskan!”, kira-kira demikian.
Bagaiamana simpulannya? Dzikir tasbih secara umum adalah utama, sebab ia dzikir semua makhluq & tertempat di waktu utama pagi & petang. Adapun dalam ucapan sehari-hari, mari membiasakan ia sebagai pe-Maha Suci-an Allah atas hal yang memang tak pantas bagi keagunganNya.
Bagaimana dengan “MasyaaLlah”? QS 18: 39 memberi contoh; ia diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah; kebun, anak, harta. Sungguh ini semua terjadi atas kehendak Allah; kebun subur menghijau jelang panen; anak-anak yang ceria menggemaskan, harta yang banyak. Lengkapnya; “MasyaaLlah la quwwata illa biLlah”, kalimat ke-2 menegaskan lagi; tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan Allah.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH” (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,” (QS 18 Al Kahfi: 39)
Pun demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab; mereka mengucapkan “MasyaaLlah” pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan. Demikianlah pengalaman menghadiri acara Masyaikh; & membersamai beberapa yang empat ke Jogokariyan; dari Saudi, Kuwait, Syam, & Yaman. Di antara mereka ada yang berkata, “MasyaaLlah” nyaris tanpa henti, kala di Air Terjun Tawangmangu, Bonbin Gembiraloka, & Gunung Merapi.
Simpulannya; “MasyaaLlah” adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah; dan memang hal indah itu dicinta & dikehendaki oleh Allah. Demi ketepatan makna keagunganNya & menghindari kesalahfahaman; mari biasakan mengucap “SubhanaLlah” & “MasyaaLlah” seperti seharusnya.
Membiasakan bertutur sesuai makna pada bahasa asli insyaaLlah lebih tepat & bermakna. Tercontoh; orang Indonesia bisa senyum gembira padahal sedang dimaki. Misalnya dengan kalimat; “Allahu yahdik!”. Arti harfiahnya; “Semoga Allah memberi hidayah padamu!” Bagus bukan? Tetapi untuk diketahui; makna kiasan dari “Allahu yahdik!” adalah “Dasar gebleg!” ;D Jadi, mari belajar tanpa henti & tak usah memaki;)
eti said:
Trimakasih infonya. Sangat bermanfaat
SukaSuka
nanang khosim said:
benar2 ilmu baru, terimakasih atas pncerahannya
SukaSuka
ibnusawabi said:
masya alloh. mantap dah..
ini neh yang ana cari…
ana izin share ya akh….
SukaSuka
Hidayat said:
silahkan. semoga menambah dan mengalirkan pahala 🙂
SukaSuka
Ping-balik: Penggunaan “SubhanaLlah” & “MasyaaLlah” Sering Terbalik « semarengineer
pemikir84 said:
Saya Kurang Paham Dengan Maksud anda dalam catatan ini.. dimana antum mengatakan bahwa
“Jadi “SubhanaLlah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam Bahasa Arab
secara umum; yakni menggunakannya tuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas
dan
Allah SWT dilekatkan padanya. Adalah Gurunda @kupinang (Moh. Fauzil Adhim) yang pernah memiliki pengalaman memuji seorang Gurunda lain nan asli Arab dengan “SubhanaLlah”, kemudian mendapat jawaban tak dinyana.
Sebenarnya ini Ucapan Subhanallah apa mengikuti kebiasaan org arab atau mengikuti Al Quran??
saya katakan seperti itu, karena dalam alquran seperti kata
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS 17 Al Israa’: 1)
berbeda dengan penafsiran anda yang mengatakan tentang keperihatinan.. tapi justru dalam ayat itu sendiri menunjukan Ketakjuban atas pristiwa atau digunakan tuk memuji yang baik dari ciptaanya..
saya rasa penjelasan anda blm clear disini.. buat org awam pun blm tentu mengerti maksud anda..
dan selama Itu tiada Larangan dalam alquran dan hadits.. why Not tuk memuji ciptaan dan ketakjuban dari sebuah maha karya pencipta…
SukaSuka
Hidayat said:
sebenarnya artikel ini yang saya kutip dari kutwet ust Salim A Fillah untuk kembali menggunakan kata sesuai dengan maknanya yang sebenarnya. Saat naik dengan bertakbir, memuji kebesaran Allah, klo jalan turun dengan bertasbih. Tidak ada yang salah dengan mengucapkan SubhanaLlah dan MasyaAllah. 🙂
SukaSuka
PA_BEGO said:
Ini2 orang yang Bego, masa gpp memuji ciptaan-Nya(Makhluk).
Ajaran darimana tuch, ada dalil Alqur’an dan Hadist yang menyatakan boleh memuji Makhluk yang diciptakan Allah?
Yang ada Allah tidak suka ada Makhluk yang Memuji Makhluk, dengan kalimat “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”.
Bisa dalam kategori syirik klo memuji makhluk, Oneng.
Lagipula ngapain U ga suka sama Orang Arab? Bukannya Nabi Muhammad juga Orang Arab? Apa jangan2 U ga suka Nabi Muhammad lahir di Arab? Sama banget U sama Yahudi Laknatullah.
Saya sependapat dengan pemilik blog, Jika kita tidak suka melihat keburukan maka di baca “Subhanallah” Jika kita melihat kebaikan maka membaca “Masya Allah”.
Teruskan Posting Yang bermanfaat.
SukaSuka
yogy hasby said:
subhanallah, masyaallah
SukaSuka
ummu aqmal said:
Ana kebalik jg,jz bt infonya
SukaSuka
Haadiya said:
Jakallaahu khairan untuk sharing infonya. Ana sudah share link akhi.
SukaSuka
restuwahyudi said:
Izin share ust
SukaSuka
SR said:
jazakallahu khair atas infonya…
SukaSuka
Nila said:
Contoh simple: Ada org pacaran d masjid mk kita mngucapkan Subhanallah,trs kita melihat pemandangan alam yg indah krn takjub kita mngucapkan Masya Allah
SukaSuka
yulian said:
tentang allahu yahdik, memang kebiasaan orang arab, yaman yang saya ketahui mereka kalo memaki-maki anaknya dengan kata ini
jauh lebih bagus dari kita yang kalo memaki kebun binatang keluar semua
SukaSuka
yulian said:
“Tetapi untuk diketahui; makna kiasan dari “Allahu yahdik!” adalah “Dasar gebleg!”
saya kira kutipan ini sangat jelek, jelas2 mendoakan orang agar diberi hidayah Allah
SukaSuka
sisiungu said:
kadang2 saya lupa, jadi nyebutnya kebalik. mungkin karna pembiasaan lingkungan yang salah dalam menempatkan dua kata tersebut,
nice post.
SukaSuka
topidesta said:
Terimakasih infonya. bisa jadi bahan diskusi di tempat saya. dan terima kasih juga untuk kutipan ayat quran dan hadist nya. 😀
SukaSuka
BuYung'primayoga SlLu'coll-scara PErmanent said:
mantaf uy
SukaSuka
TIO said:
Jazakallah khoir
SukaSuka
Wahyu said:
Jazakumulloh khoiron
nomor2.blogspot.com
SukaSuka
Ping-balik: Rezeki itu ngga pernah tertukar. Iya kan? :D « Rini Bee
Meihta Dwiguna Saputra said:
Reblogged this on Meihta Dwiguna Saputra's Knowledge Base.
SukaSuka
Muji said:
mas ijin share di blog saya yah matur suwun sanget infonya
SukaSuka
bumi said:
g kebalik tuh akh..
SukaSuka
Fauzul Mubin said:
jazakallah atas kerja antum mengumpulkan tweet mas salim. ane ikut menyebarkan juga ya. biar kecipratan pahala.
terkait bagaimana bisa tertukar, saya rasa ini hanya terjadi di indonesia. mengapa bisa begini, sedikit analisa saya tentang intonasi.
orang indonesia, jawa khususnya, terbiasa memberikan makna sesuai intonasinya. contoh kata “aduh”. kata ini maknanya bisa sangat beragam. tergantung bagaimana kata ini diucapkan. ada “aduh, cantik sekali”, ada “aduh, lupa!”, ada “aduh, kamu ini gimana sih??”.
nah, penggunaan kata “subhanallah” untuk sesuatu yang baik akan selalu diintonasikan seperti intonasi “luar biasa” tekanan diawal (han)dan landai diakhir. namun ketika kata “subhanallah” diintonasikan dengan cara datar diawal lalu tekanan diakhir (lah), maka kita akan merasakan makna yang berbeda.
begitu juga dengan kata “masyaAllah. ketika penekanan ada di akhir (lah), maknanya akan menjadi buruk. ketika tekanan dipindah di awal (sya) dan berakhir dengan landai, maka maknanya akan menjadi bagus.
CMIIW
SukaSuka
Ping-balik: Penggunaan “SubhanaLlah” & “MasyaaLlah” Sering Terbalik | dinie hz
Ping-balik: Salah Kaprah Penggunaan “Subhanallah” dan “Masya Allah” « Blog Ummu Syifa Jauza
noovatrihardian said:
info yang sangat bermanfaat meluruskan kesalah kaprahan di masyarakat yang sudah mengakar ini..
Syukron.
SukaSuka
dwidaniarti said:
Reblogged this on Dani Notes.
SukaSuka
ulamaahmad said:
Alhamdulillah tambah ilmu lagi…. semoga bermanfaat
SukaSuka
Ping-balik: Meluruskan Perkara Penggunaan Kalimat “Subhanallah” dan “Masya Allah” | R.I.P
yusny muzakki said:
Ah,…. 🙂
Bagaimana dengan Surat Al Isra’ ayat 1 ?
Subhanallah yang telah memperjalankan hambaNya dst………
SukaSuka
Ngatidjo Exs-mc said:
mohon periksa lagi, ayat yg anda sebut (QS 3 Al Imron 109), atau 191
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS 3 Ali Imran:109)
SukaSuka
muhamad kurniawan said:
terima kasih
SukaSuka
ridho said:
haa..! bener tah kebalik? jadi intinya subhanallah itu buruk yah?
SukaSuka
Hidayat said:
tidak buruk. hanya saja penggunaan terkadang kurag tepat. tapi itu tetap dzikir pujian kepada Allah
SukaSuka
Hidayat said:
Tidak buruk. Hanya. Itu juga memuji Allah
SukaSuka
Yaa Imah said:
izin republikasi ya.. baarokAllaahu fiyk
SukaSuka
wahyusemi said:
Reblogged this on inet113114263.
SukaSuka
Dewi Lestari said:
Ilmu baru. Jazakumullah khair atas artikel yang ditulis.
SukaSuka
nick69coolrider said:
Jadi selama ini saya terbalik.. trims infonya
SukaSuka
Arif said:
Bagaimana dengan perintah bertasbih dalam surah Al A’la?
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi.. Yang Menciptakan, lalu Menyempurnakan ciptaannya.. Yang Menentukan Kadar.. Dan Yang Menumbuhkan Rerumputan.. dst…?
Bukankah itu perintah untuk bertasbih karena mengingat kebesaran dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala ??.
SukaSuka
tamam muhamad said:
memang betul,,,,klo kita sdh pernah bergaul dg orang arab pasti akan mengikut penggunaan MasyaAllah dan Subhanallah yang benar, dan memang klo kita sdh mengerti hal ini dan mencoba mengucapkan dg terbalik penempatannya; pasti kita merasa tak pantas dan merasa malu sama Allah dg peletakan kalimat yang salah. logikanya saja klo kita sdg melihat maksiat dg BILANG Alhamdulillah; pasti orang mukmin akan merasa SALAH mengucapkan itu.
SukaSuka